MADIUN - Bisnis waralaba fastfood (makanan cepat saji) di Madiun dinilai masih menjanjikan. Salah satu alasannya, usaha jenis ini relatif kebal dari gempuran krisis. Terutama, jika konsep yang ditawarkan unik dan berbeda dengan lainnya.
Hanya saja, pengelolaan resto franchise dinilai perlu kejelian dan keseriusan tersendiri. ‘’Perlu memahami karakter pasar di kota bersangkutan. Juga kekhasan menu dan daya beli masyarakat, berikut lokasi lahan yang akan dipakai,’’ terang Iwan, pengelola salah satu gerai fastfood di Kota Madiun.
Menurutnya, investasi usaha gerai makanan fastfood tidak kecil. Karena itu, harus mempertimbangkan break event point (BEP). Dikatakan, waralaba makanan cepat saji umumnya baru kelihatan setelah tiga tahun berjalan. ‘’Kalau investasi ini dipakai main-main bisa merusak image,’’ ujar Iwan.
Ia mencontohkan, untuk investasi awal di daerah yang belum memiliki tanah dan bangunan bisa menelan biaya Rp 1 miliar lebih. Luas lahan yang dipakai, lanjut Iwan, sedikitnya 800 meter persegi. ‘’Makanan fastfood yang kita kelola ini lahir di Jakarta dan terus berkembang ke daerah-daerah termasuk Madiun,’’ imbuhnya.
Ia menambahkan, hak waralaba yang ditawarkan Rp 250 juta untuk kontrak selama lima tahun. Sementara, franchise fee seebsar lima persen dari omset per bulan. Biaya ini mencakup training karyawan selama tiga bulan dengan sistem control tiap tiga bulan sekali, plus market promo.
Menyikapi persaingan bisnis rumah makan yang kian menjamur, Iwan memilik trik khusus. Di antaranya menawarkan paket menu harga khusus. Misalnya, ayam goreng plus dengan harga termurah Rp 12,500 per paket. Juga disediakan undian berhadiah tiap bulan untuk para supplier dan pelanggan. (dra/pro)
0 komentar:
Posting Komentar