Kawasan Jalan Batanghari dikenal sebagai sentra penjualan barang antik di Kota Madiun. Meski tak bisa dibandingkan dengan Pasar Triwindu di Solo, pusat penjualan benda antik di Jalan Batanghari kerap jadi jujugan para kolektor. Apa saja yang dijual?
PARA pedagang benda antik di kawasan Jalan Batanghari berbaur dengan penjual barang-barang bekas. Selain menjual barang antik, mereka juga menawarkan berbagai benda pusaka seperti keris, tombak dan sebagainya.
Salah seorang pedagang yang sehari-harinya mengais rezeki dengan berjualan barang antik dan benda pusaka di Jalan Batanghari adalah Giono. ‘’Semula saya hanya menyukai benda-benda antik karena nilai seninya dan ingin melestarikan budaya,’’ ujar Giono yang sudah 10 tahun menekuni usaha jual beli barang antik.
Namun, seiring waktu, koleksinya makin banyak lantaran teman-temannya banyak yang menitipkan benda pusaka kepadanya. Ketika ada beberapa relasinya yang berminat dan ingin memiliki beberapa koleksinya, muncullah niatnya jual beli benda-benda kuno.
Giono memiliki ratusan koleksi barang antik. Mulai dari bebatuan, patung, uang kuno, bokor kuningan, peralatan rumah tangga, hingga keris. Namun, yang paling diminati adalah keris. Terutama, keris-keris yang memiliki pamor, seperti wos kutah, udan emas, dan jenis sengkelat.
Keris seperti ini banyak diminati lantaran memiliki nilai sejarah dan seni tinggi. Dan, dibuat oleh empu-empu terkenal di masanya. ‘’Selain pamor, usia keris serta siapa yang membuatnya juga mempengaruhi harga,’’ ungkap Giono.
Harga benda antik dan benda pusaka yang diperjualbelikan Giono bervariasi. Mulai dari kisaran ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Pembelinya pun beragam, dari kolektor, kalangan perdukunan, pengusaha, hingga pejabat dan anggota DPR.
Pedagang barang antik lainnya adalah Sulastri. Perempuan itu terbilang penjual benda antik pertama di kawasan Jalan Batanghari. ‘’Rata-rata yang datang ke sini pelanggan tetap,’’ ujar Sriati.
Menurut dia, keberadaan pedagang barang antik di sepanjang Jalan Batanghari awalnya hanya dua orang. Namun, kemudian ada beberapa orang yang membuka usaha serupa di kawasan itu.
Enggan Melepas meski
Ditukar dengan Rumah Mewah
BICARA bursa barang antik di Jalan Batanghari, tak lengkap rasanya jika tidak menyebut nama Abdullah. Sejak dua dasawarsa lalu ia berjualan benda antik di kawasan tersebut.
Sebagaimana pedagang benda antik lainnya, dagangan yang ditawarkan Abdullah terdiri bermacam jenis. Mulai dari tongkat, keris, hingga tasbih dari kayu setigi yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit.
Yang membedakan dengan pedagang lainnya, Abdulah tidak sekadar melayani jual beli. Ia memiliki banyak barang antik dan benda pusaka untuk koleksi pribadi alias tidak dijual. ‘’Koleksi saya ada tiga peti,’’ ungkapnya.
Kakek enam cucu ini mengaku memiliki koleksi keris berpamor udan emas dan melati ronce. Banyak orang yang meminati koleksinya itu, karena mempunyai pamor untuk kewibawaan dan jabatan. Sejumlah pejabat dari berbagai daerah, kata dia, kerap datang untuk menawarnya.
Dikatakan, beberapa tahun silam ada yang hendak menukar salah satu dari dua koleksinya tersebut dengan sepeda motor keluaran terbaru. Namun, Abdullah enggan melepasnya.
Bahkan, belum lama ini koleksinya berupa tombak singkir geni sempat hendak ditukar dengan sebuah rumah mewah oleh seorang kolektor. Namun, lagi-lagi ia bergeming. Abdullah mengaku mengaku masih mencintai koleksinya tersebut dan enggan melepasnya, meski ditawar dengan harga tinggi.
Selain dianggap memiliki nilai seni dan sejarah tinggi, ia tetap mempertahankan beberapa koleksinya didasari keinginan melestarikan budaya dan peninggalan leluhur. ‘’Kemungkinan koleksi yang itu akan saya turunkan kepada anak cucu saya dan tidak saya jual,’’ tuturnya.
Untuk mendapatkan barang dagangannya maupun yang dikoleksi secara pribadi, Abdullah kerap berburu sampai ke luar daerah. Seperti, Solo, Jogjakarta, Semarang hingga Jember. ‘’Kalau ada pembeli yang pesan biasanya saya carikan sampai ke luar kota,’’ ungkapnya.
Dari berjualan beli barang antik dan benda pusaka, Abdullah mampu menghidupi keluarganya. Dari berdagang itu pula ia bisa mengantarkan ketiga anaknya meraih kehidupan cukup mapan. ‘’Tiga anak saya semua sukses dan mandiri,’’ ujarnya. (dra/isd)
0 komentar:
Posting Komentar