Sabtu, 19 Desember 2009

Perajin Arang ‘’Tiarap’’

PACITAN – Sekitar lima bulan terakhir ini, produksi arang di Pacitan mengalami
penurunan signifikan. Pemicunya, puluhan perajin arang kesulitan mendapatkan bahan baku. Kalau pun ada di pasaran, harganya sudah melambung. “Harga bahannya naik sampai seratus persen, Mas,” kata Ketua Paguyuban Perajin Arang Pangasalasan, Pacitan, Jumingan, kemarin (18/12).

Mahalnya harga bahan baku itu, lanjut Jumingan, membuat anggota paguyubannya yang berjumlah sekitar 70 memilih ‘’tiarap’’. Ia lantas mencontohkan harga bahan baku berupa kayu akasia. Jika sebelumnya hanya Rp 30 ribu permeter persegi, kini menjadi Rp 90 ribu.

Tidak mengherankan bila perajin memilih untuk sementara berhenti berproduksi. Sebab, jika dipaksakan, mereka bisa merugi karena biaya operasional membengkak. Sebagai gambaran, selama tiga hari melakukan aktivitas, perajin membutuhkan bahan sekitar 10 meter persegi dengan nominal Rp 900 ribuan. Belum lagi biaya transport kendaraan untuk mengangkut kayu maupun mengirim arang ke Magelang dan sejumlah
kota di Jawa Tengah.

Tidak itu saja, perajin juga harus mengeluarkan upah tenaga kerja, perhari Rp 30 ribu. Belum lagi membeli karung plastik sebagai tempat arang yang akan dikirim ke konsumen. Sehingga, jika dihitung-hitung, keuntungan yang diperoleh sangat tidak memadai. “Bahan kayu 10 meter persegi menghasilkan sekitar 60 karung plastik dengan
nilai jual Rp 1,5 juta. Padahal total biaya operasional juga Rp 1,5 jutaan.’’

Di sisi lain, harga jual arang tidak mengalami kenaikan, yakni Rp 25 ribu perkarung plastik. Itulah sebabnya, lanjut dia, sebagian besar perajin memilih menunggu musim
kemarau. Atau paling tidak, jika harga bahan kayu turun.

Kendati demikian, masih ada perajin yang tetap beraktivitas. Pertimbangannya, memiliki bahan limbah yang harganya relatif murah. Mereka juga tidak mempunyai kegiatan sampingan selain sebagai perajin arang.

Menurut dia, kelangkaan bahan baku arang disebabkan kini tidak banyak warga yang menjual kayu. Sebab, seiring dengan datangnya musim penghujan, kondisi hutan menjadi sulit dan licin. Di sisi lain, sekitar hutan sudah mulai ditanami tanaman
pertanian. Seperti, padi tadah hujan dan jenis tanaman palawijo. “Kalau menebang pohon dikhawatirkan merusak tanaman pertanian,” imbuh Jumingan. (wit/isd)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
Atau Kunjungi Situs KYAI www.pesugihan-uang-gaib.blogspot.co.id/ agar di
berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu
hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik, jika ingin seperti
saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

Posting Komentar

 
Komunikasi Bisnis. Design by Wpthemedesigner. Converted To Blogger Template By Anshul Tested by Blogger Templates.