MADIUN – Furnitur klasik tak pernah kehilangan penggemar. Bahkan, saat ini kecenderungannya, masyarakat kembali menyukai mebel bernuansa antik. ‘’Bulan ini sudah sekitar 15 unit produk kami yang terjual, terutama kursi, meja tamu, lemari serta bufet,’’ ujar Susi, pengelola salah satu gerai mebel di Madiun, kemarin (21/10).
Pasangan muda dari kalangan menengah ke atas diakuinya merupakan segmen pasar terbesarnya. Alasannya, mereka umumnya menyukai sesuatu yang unik, termasuk produk furnitur. Meski, harga perabot bernuansa etnik relatif lebih mahal dibanding non etnik.
Apalagi, lanjut Susi, perabotan etnik mempunyai beberapa kelebihan. Di antaranya mengandung nilai seni tinggi, keawetan dan kualitas bahan lebih terjamin karena terbuat dari kayu jati tua, dan tampilannya lebih natural. ‘’Sehingga cocok untuk berbagai desain rumah,’’ ujarnya.
Warsito, pemilik gerai perabot etnik lainnya, mengatakan, perabot etnik yang paling disukai konsumen adalah bernuansa minimalis dan tidak banyak ukiran. ‘’Dengan motif-motif alami seperti bunga, dedaunan, mahkota dan sulur-sulur,’’ terangnya.
Di gerainya, harga perabotan bernuansa etnik memang dijual dengan harga jauh lebih tinggi dibandingkan produk non etnik. Yakni di kisaran Rp 3 juta- Rp 10 juta per unit. Kendati demikian, kata dia, permintaan tidak pernah sepi. (dra)
0 komentar:
Posting Komentar