MADIUN - Sejak dikukuhkan sebagai world heritage (warisan dunia) oleh Unesco, demam batik seakan melanda masyarakat. Permintaan konsumen pada produk asli Indonesia ini mendadak melonjak tajam.
Kondisi itu menyebabkan harga batik ikut melonjak. Bahkan, untuk jenis tertentu peningkatan harga mencapai 50 persen lebih dibandingkan sebelumnya.
‘’Meskipun harganya mahal, tetap saja banyak yang mencari,’’ kata Deni, pemilik salah satu gerai batik di Kota Madiun, kemarin (23/10).
Di gerai milik Deni, busana batik ditawarkan dengan harga bervariasi, mulai Rp 40 ribu hingga Rp 200 ribu. Bahkan, untuk bahan tertentu seperti sutra harganya mencapai di atas Rp 1 juta per potong.
Di sisi lain, tingginya permintaan busana batik, memicu produsen menciptakan desain dan model terbaru. ‘’Ini dilakukan agar konsumen punya banyak pilihan desain batik, sekaligus tentunya untuk meningkatkan penjualan,’’ ujar Deni.
Wahyuni, pengelola toko pakaian yang menjual batik di Jalan PB Sudirman, mengakui permintaan busana batik kini cukup tinggi. Peminatnya tidak lagi didominasi kalangan orang tua, tapi juga mulai bergeser ke anak-anak dan remaja.
Fenomena itu ditangkap jeli oleh Wahyuni, dengan menyediakan batik model terbaru. Yang banyak diminati saat ini, kata dia, pakaian batik remaja putri dengan model Oshin, kimono atau kelelawar. ’’Bidang lengannya lebar. Selain memang lagi mode, model ini diminati karena nyaman dipakai,’’ ungkapnya.
Ia menambahkan batik modis ini cocok untuk remaja yang identik dengan aktivitas tinggi. Karena, selain terkesan longgar, tak membuat pemakainya gerah. ‘’Cocok dipadukan dengan celana jean model pensil yang saat ini lagi digemari,’’ kata Wahyuni. (dra/isd)
0 komentar:
Posting Komentar