Selasa, 20 Oktober 2009

Lies Sudaryanti, Pengusaha Makanan Khas Kue Bluder

Tak banyak yang tahu kalau selama ini Madiun memiliki makanan khas selain brem dan pecel. Yakni, kue bluder. Minimnya produsen jajanan tersebut dan terbatasnya pasar ditengarai menjadi kendala mempopulerkannya.

Hendra Permana, Madiun

SALAH satu pembuat kue bluder di Madiun yang masih produktif hingga saat ini adalah Lies Sudaryanti. Warga Jalan Cokroaminoto tersebut mengaku menggeluti pembuatan kue khas itu sejak tahun 1990. kue bluderKeterampilannya membuat kue bluder diwarisi secara turun temurun.
Menurutnya, peminat kue bluder sebenarnya cukup banyak. Namun, keterbatasan produksi menjadikan kue ini harganya relatif lebih mahal dibanding jenis jajanan lainnya. ‘’Satu potong harganya Rp. 5.000,’’ ujar Lies.
Tak heran, peminat jika kue bluder selama ini kebanyakan kalangan menengah ke atas. Namun, harga relatif mahal itu sebanding dengan kualitas serta rasanya. Teksturnya lembut, dibuat tanpa bahan pengawet serta bahan kimia. Sedangkan proses pembuatannya masih terbilang tradisional. Tanpa mesin, melainkan hanya menggunakan tangan. ‘’Ada tiga jenis rasa kue bluder yang digemari konsumen. Yakni rasa keju, coklat dan kismis,’’ tambahnya.
Lies mengatakan, dalam sehari sekitar 800-1000 potong roti dipesan pembeli. Selain warga Madiun dan sekitarnya, pembeli berasal dari luar kota, bahkan luar provinsi. Seperti, Malang, Surabaya, Semarang, dan Jakarta. ‘’Pembeli kebanyakan warga asli Madiun yang tinggal di luar daerah. Mereka beli kue bluder biasanya untuk oleh-oleh,’’ ungkapnya.
Konsumen yang membeli kue bluder, lanjut Lies, karena kangen ingin menikmati jajanan khas tersebut. Dan, jajanan itu hanya bisa didapatkan di Madiun. Karena, di daerah lain tak ada. Sayangnya, saat ini pelaku usaha yang bergerak di bidang pembuatan kue tersebut bisa dihitung jari. ‘’Sekarang jarang yang bisa buat,’’ tutur Lies.
Menurut Lies, permintaan kue bluder meningkat tajam pada hari libur. Saat itu, penjualan bisa mencapai 1.000 potong roti lebih. Meski permintaan tinggi, ia tetap mengerjakan sendiri pembuatan kue khas tersebut, dibantu empat orang karyawannya.
Ia mengaku tidak berniat menambah karyawan agar bisa meningkatkan produksi. Alasannya, bukan semata-mata faktor ekonomi, melainkan untuk melestarikan salah satu jajanan khas Madiun itu. ***(isd)

2 komentar:

jalu mengatakan...

kue bluder emang enak.. sipp...

bambang ganteng mengatakan...

Istigfar Bu ,,, bertobat lah ,,, itu adalah Syirik ,,, buat apa kaya di dunia tapi di azab di akhirat

Posting Komentar

 
Komunikasi Bisnis. Design by Wpthemedesigner. Converted To Blogger Template By Anshul Tested by Blogger Templates.